Free Games Online

Sabtu, 06 Juni 2009

INDAHNYA BERTAUBAT


Hari-hari kita mestinya adalah hari-hari taubat.
Karena setiap saat, setiap detik, antara cahaya dan
kegelapan, antara dosa dan pahala, antara harapan dan penyesalan saling berebut di hati anda. Bahkan jika hari ini pun anda menyesali apa yang anda lakukan, besok pun terulang kembali dosa yang sama dalam waktu dan tempat berbeda, atau dalam bentuk yang berbeda pula.

Allah Maha Tahu, betapa sombongnya manusia, betapa
lemahnya manusia, betapa fananya manusia, dan
banyaknya manusia yang mengeluh, betapa banyaknya
manusia yang tidak bersyukur, betapa banyaknya manusia
yang tidak menalarkan akal sehatnya, betapa banyaknya
yang tidak mampu mengekang hawa nafsunya.

Dan, dengan Kemaha Besaran, serta Kemaha Lembutan
Kasih Sayangnya, Allah memanggil kita semua, dengan
panggilan kemahalembutan dan kasihNya, “Wahai
orang-orang yang beriman, kembalilah kepada Allah
(bertaubatlah) kalian semua, wahai (hamba-hambaKu)
yang (mengaku) beriman, agar kalian semua bahagia.”
(an-Nuur:31)

Lalu gelombang demi gelombang cahaya memancarkan
pembersihan atas kegelapan-kegelapan kita. Gelombang
air qudus memandikan kotoran-kotoran bumi kita,
penyesalan menjadi pintu gerbang bagi haribaanNya,
Istighfar menjadi luapan paling indah dari PelukanNya.
Sebab disanalah peleburan, penyirnaan, kefanaan dan
kehambaan maujud. “Akulah hamba dan Engkaulah Rabb”

Lalu Rasulullah SAW. menegaskan betapa lebih
gembiranya Allah ketimbang seorang yang kehilangan
kendaraan unta beserta seluruh hartanya, dalam drama
yang mengenaskan, sampai lelah, ia terlunglaikan dalam
lelah tidurnya. Ketika ia bangun dari lelap tidurnya,
unta dan seluruh hartanya ada di depan mata. Allah
lebih erat memeluknya ketimbang eratnya pelukan si
fulan yang kehilangan harta benda, kemudian ada di
depannya.

Lihatlah, seperti air gunung yang melimpah, bening
bercahaya. Lihatlah seperti gulungan-gulungan ombak
KinasihNya yang mengejar seluruh apa pun yeng membuat
bergolak KecemburuanNya. Lihatlah kabut-kabut dan
mega-mega tersingkap oleh Tangan-Tangan KekuasaanNya,
dan Senyuman Keabadian Yang Agung menerima kita semua.
Hamba-hambaNya yang bertobat.

Karena itu janganlah takut dengan taubat, karena
taubat itu indah dan penuh cinta. Janganlah khawatir
dengan taubat, karena kekhawatiran itu adalah nafsu
yang dikelola oleh kandang-kandang syetan. Janganlah
pesimis atas ampunanNya, karena jika langit dan bumi
ini dipenuhi oleh noda-noda kita, dosa-dosa kita,
kesalahan dan kezaliman kita, niscaya ampunan,
maghfirah, kemaafan, dan cintaNya lebih besar dari
semuanya.

Bahkan kata Ibnu Athaillah as-Sakandary, “Terkadang
Allah mentakdirkan hamba-hambaNya berbuat dosa, agar
si hamba lebih dekat kepadaNya.” Amboi betapa indah
dan luhurnya Dia, kita harus berbaik sangka kepadaNya,
bahwa dosa-dosa pun bagian dari cara Dia mendidik
kita. Ketika kita cerdas dan pandai, seluruh kesadaran
kita sudah kembali kepadaNya. Tetapi janganlah kita
begitu gegabah memaknai, dengan merasa berbesar diri,
menyepelekan dosa-dosa kita, hanya karena dosa kita
tak ada apa-apanya disbanding ampunanNya.
Jangan pula kita berbangga dengan dosa-dosa kita,
hanya karena berbangga dengan dosa itu melemparkan kita
pada kegelapan paling mengerikan: Jauh dari Cinta dan pelukan Ilahi.

Karena itu mari kita bertobat. Taubatan Nasuha. Taubat
yang yang sesungguhnya. Pertama-tama kita taubati
dosa-dosa kita, karena hari demi hari, ada saja
dosa-dosa yang menempel bagai debu di tubuh kita.
Semua hanyalah debu-debu yang hamper tiada artinya,
lama-lama telah berubah menjadi kumpulan debu dan
gundukan kotoran di tubuh kita, lalu menjadi dosa
besar namanya. Apalagi jika kumpulan kotoran itu
adalah noda-noda besar kita. Oh, Tuhan, ternyata
engkau tidak tega menyiksa mereka, ketika mereka
sedang bergelora dalam istighfar. (al-Qur’an)

Lalu kita masuki taubat berikutnya: Taubat atas
kealpaan kita, kelalaian kita, dari mengingat allah
dalam hari-hari dan waktu kita. Perselingkuhan kita
dengan syetan dan dunia, telah mejauhkan diri kita
dari Allah, dan Allah terasa hilang dari hati kita.
Detik-detik jantung kita, gerak-gerik syaraf ruhani
kita, ternyata begitu terabaikan dari campur tangan
Allah disana. Makanya, sudah niscaya, jika istighfar
menjadi buah bibir hati kita. Inilah taubatnya para
Kekasih Allah. Taubat dari kealpaan bermesraan dengan
Allah. Taubat dari kealpaan Dzikrullah. Inabah
namanya.

Kemudian tahap selanjutnya, kita bertaubat dari segala
apa saja selain Allah. Sebab selain Allah senantiasa
sirna, dan hanya WajahNya yang Abadi. Keabadian Allah
janganlah dibiarkan terlantar di kuburan dunia, karena
itu segala hal selain Allah sesungguhnya dusta belaka.
Dan karenaNya, kita taubati semuanya. Itulah jika kita
ingin meneladani Nabi dan RasulNya. Mereka para
pilihan itu, tak ingin sekejap pun hatinya kehilangan
Dia. Itulah yang disebut dengan Aubah.

Junaid al-baghdady pernah mengisahkan: Suatu hari aku
masuk ke tempat Sarru as-Saqathy. Aku lihat dia sedang
bingung. “Ada apa dengan anda?” tanyaku kepadanya.
“Ada seorang pemuda datang kepadaku bertanya tentang
taubat, lalu kukatakan padanya, “Hendaknya engkau
tidak melupakan dosa-dosamu.” Tapi pemuda itu
menentangku, malah balik berkata, “sebaliknya malah
lupakan saja dosa-dosamu.”
Lalu Junaid berkata, “Menurut benakku, apa yang
dikatakan pemuda itu benar.”
“Kenapa anda bicara begitu?”
“Karena ketika aku dalam musim panas, kemudian Allah memindahkan diriku di musim dingin, maka sesungguhnya menyebut-nyebut musim panas di musim dingin adalah panas pula artinya.” Maka as-Saqathy pun terdiam.

Kalimat anak muda ini senantiasa dituturkan sama oleh
Junaid, “Bahwa taubat adalah melupakan dosa-dosa
anda.” Tentu berbeda dengan pernyataan Sahl bin
Abndullah, taubat hendaknya anda jangan melupakan dosa
anda.

Para sufi memiliki pengamalan tentang taubat. Dzun
Nuun al-Mishry menyatakan, taubat kalangan publik itu,
dari dosa. Taubat kalangan khawash itu dari alpa.
Sedang An-Nury menegaskan puncak taubat, “hendaknya
kalian bertobat dari segala hal selain Allah.”
Al-Wasithy menyebutkan, Taubatan Nasuha, adalah jika
tidak tersisa sedikit pun kemaksiatan, baik maksiat
lahir maupun maksiat batin.

Lebih dari itu semua, pengalaman taubat adalah
refleksi dari kondisi ruhani masing-masing hambaNya.
Yang lebh penting adalah mutiara-mutiara yang
tersimpan dibalik pertaubatan itu. Mutiara Cinta Ilahi
yang tak ternilai. Karena itu Allah ta’ala sampai
berfirman, “Katakan (Muhammad), Jika kalian mencintai
Allah, maka ikutilah aku, Allah bakal mencintaimu.”
Ya, mengikuti jejak Rasulullah saw, melalui pintu
taubat adalah beristighfar, minimal 70 kali sehari,
atau seratus kali sebagaimana teladan yang diberikan
kepada kita. “Dan kepada Kamilah mereka kembali…”
(al-Ghasyiyah 26).

Pertaubatan memanglah sehari-hari tak bisa kita
lepaskan. Kata Tawwaabin (orang-orang yang betaubat),
dikaitkan dengan Mutathohhirin (orang-orang yang
menyucikan hati). Maknanya, taubat sebagai awal
pembuka, maka disanalah ada penyucian jiwa. Proses
taubat sampai akhirnya, hingga jiwa-jiwa menjadi suci,
adalah proses yang dicintai oleh Allah.

HAKIKAT TAUBAT


Kebanyakan masyarakat percaya berdasarkan sangkaan bahawa taubat bagus dimulakan apabila umur tua (sudah berumur), setelah beranak cucu, setelah menunaikan haji atau dengan beberapa alasan lain adalah suatu tradisi atau idea yang batil, berpunca dari kejahilan seseorang itu tentang apa itu taubat dan pengampunan Allah yang sebenarnya.

Tiada seorang individupun yang dibenarkan menentukan bila masanya seharusnya seseorang itu bertubat. Sedangkan perintah Allah agar bersegera bertaubat tidak pernah ditetapkan masa-masanya yang tertentu, tempat-tempatnya yang tertentu, pada situasi atau kondisi yang tertentu, malah seseorang hamba yang tahu dirinya berdosa diwajibkan agar cepat-cepat bertaubat. Ini kerana manusia sering didominan oleh hawa nafsunya dan godaan syaitan.

Oleh itu, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memudahkan kepada sekalian hambaNya untuk segera bertaubat. Buku kecil ini layak dikonsumsi oleh semua peringkat usia, dapat membantu dalam urusan atau cara bertaubat, membincangkan permasalahan taubat yang perinsipil agar membuka minda dan kesedaran masyarakat tentang perlunya bersegera bertaubat.

Bagi sesiapa yang telah melakukan kesalahan atau merasa berdosa, sama ada besar atau kecil, yang telah lama berlaku atau yang baru saja dilakukan, maka tulisan ini membantu para pembaca cara-cara untuk bertaubat sebagaimana yang ditunjuk ajar dan dibimbing oleh syara..

Semoga tulisan yang dipenuhi dengan hujjah dan dalil-dalil dari al-Quran dan hadis ini dapat membetulkan konsep taubat dalam fikiran pelaku dosa, memberi keinsafan kepada mereka yang takutkan Allah, yang ingin keampunan-Nya, mengharapkan rahmat dari-Nya dan ingin menjadi generasi ahlus sunnah yang soleh dan yang bertakwa.

Dengan demikian, diharapkan mereka yang telah sedar akan hakikat sifat Allah Yang Maha Pengampun agar bersegera bertaubat tanpa dilengah-lengahkan lagi, kerana bertaubat dan meminta keampunan adalah perintah dari Allah yang telah tertera di dalam al-Quran dan hadis.

Moga-moga tulisan ini sentiasa diberkati oleh Allah Azza wa-Jalla dan dapat dimanfaatkan oleh para pembaca yang budiman.

------
Taubat Dan Pengertiannya
------

Pengertian taubat menurut syara ialah kembali kepada Allah dengan berpegang teguh kepada kewajipan yang diwajibkan kepada hambaNya. Meninggalkan laranganNya atau beralih dari setiap perbuatan yang dibenci kepada yang disenangi.

Orang yang bertaubat amat beruntung kerana kembali menjalankan perintah Allah dan menjauhkan larangannya. Inilah hakikat taubat sehingga Allah memberi kejayaan dan pahala kepada sesiapa yang mentaati hakikat ini. FirmanNya:

“Dan bertaubatlah kamu sekalian wahai kaum mukminin! Semoga kamu mendapat kemenangan”. (an-Nuur: 31)

Al-Quran menjelaskan bahawa Allah Maha Pengasih, Penyayang dan Maha Pengampun yang sentiasa mengampunkan segala dosa hambaNya yang mahu bertaubat. FirmanNya lagi:

“Katakanlah! Wahai hamba-hamba Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnyanya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)”. (az-Zumar: 53-54)

Melalui Sifat Allah Yang Maha Pengasih dan Pengampun, Allah menjanjikan rahmat dan pengampunan dari semua dosa kepada hambaNya yang bertaubat. Allah Subhanahu wa-Ta’ala pula bertanya mengapa kamu tidak mahu bertaubat sedangkan taubat adalah amalan yang mulia di sisiNya sebagaimana firmanNya:

“Maka mengapa mereka tidak mahu bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al-Maidah, 74)

“Dan Tuhanmu Maha Pengampun lagi melimpah-limpah rahmatNya”. (Al-Kahfi, 58)

Oleh kerana Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, melimpah-limpah rahmatNya dan mencintai hambaNya yang bertaubat, maka adalah suatu kesilapan bagi seseorang yang melambat-lambatkan taubatnya sehingga menunggu pada sesuatu masa yang tertentu, seperti menunggu di hari tua, setelah menunaikan haji, setelah bersara, setelah berilmu, setelah berjaya meninggalkan maksiat, setelah berkeluarga atau sebagainya. Maka melengah-lengahkan taubat seperti ini adalah suatu kejahilan dan kesilapan yang nyata. Sebenarnya Allah menyeru agar hambaNya sentiasa bersegera meminta keampunan dan bertaubat kepadaNya sebagaimana firmanNya:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Ali-Imran, 133)

Allah Subhanu wa-Ta’ala tidak akan membiarkan para hambanya bergelumang dengan berbagai dosa, oleh kerana itu Allah sentiasa membuka luas pintu taubat dan keampunannya kepada mereka yang mahu bertaubat. Allah memberikan contoh bahawa Nabi Adam dan Hawa telah bertaubat dari kesalahannya dan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang menerima taubat mereka. Allah berfirman:

“Keduanya (Adam dan Hawa) berdoa, Ya Tuhan kami! Kami telah menganayai diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami, nescaya kami termasuk orang-orang yang merugi”. (Al-Baqarah, 23)

“Kemudian Adam Menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Al-Baqarah, 37)

“Kemudian Tuhan memilihnya (Nabi Adam ‘alaihis salam), maka Dia menerima taubatnya dan memberi petunjuk”. (Taha: 122)

------
Jangan Menzalimi Diri Sendiri
------

Manusia sebagai hamba Allah terbahagi kepada dua bahagian, pertama: Orang yang bertaubat dari kesalahannya dan kedua: Orang yang menzalimi dirinya sendiri. Dianggap orang yang menzalimi dirinya sendiri ialah orang yang tidak mahu bertaubat. Orang yang tidak mahu bertaubat seolah-olah tidak mengenali Tuhannya, tidak mengetahui hak-haknya yang diberikan oleh Allah kepadanya dan tidak melihat aib dirinya dan perbuatannya.

Manusia perlu sedar bahawa Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam walaupun sebagai seorang Nabi dan Rasulullah namun baginda disetiap hari sentiasa bertaubat sebagaimana sabda baginda:

“Wahai sekalian manusia! Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, kerana demi Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepadaNya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari”.

Apabila bertaubat, bererti seseorang itu telah meninggalkan jalan orang yang sesat, terkutuk dan dimurkai Allah, kemudian kembali kepada Allah Subhanahu wa-Ta’ala dengan seluruh dimensi kesedaran di hatinya.

------
Cara-Cara Bertaubat
------

Antara cara-cara dan makna taubat menurut syara ialah:

Menyedari besarnya dosa yang dilakukan sehingga menyesalinya dan menggeruni balasannya yang akan tertimpa diakhirat kelak jika tidak bertaubat, sebagaimana sabda Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam:

“Menyesali (dosa) itu adalah taubat”. (H/R Ahmad dan Ibn Majah. Sahih al-Jam’i. 6802)

Berniat serta berusaha sedaya upaya menjauhi dan meninggalkan dosa yang telah dilakukan dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi.

Meninggalkan setiap apa yang dibenci dan diharamkan oleh Allah lahir dan batin, lantas beralih kepada yang dicintai dan diredhaiNya.

Bertaubat dengan taubat nasuha sebagaimana firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang semurni-murninya), mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”. (At-Tahrim, 8)

Sememangnya sudah tercangkup dalam agama Islam pengertian taubat. Kerana taubat adalah hakikat Islam, iman dan ihsan yang meliputi semua tingkatan ibadah, amal dan tingkah laku seorang mukmin, dari awal hinggalah kepengakhir hidupnya. Oleh itu, setiap mukmin wajib menyedari dan mengetahui hakikat taubat dan menerapkan dalam ilmu dan kehidupannya. Orang yang suka bertaubat amat mulia di sisi Allah dan dicintaiNya. Allah Azza wa-Jalla bergembira dengan taubat seseorang mukmin sehinggalah ia menjadi kekasihNya. (Rujuk: Madarajus Salikin jld. 1 hlm. 187 Ibn Qayyim) Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang mahu bertaubat dan orang-orang yang mahu membersihkan dirinya sendiri”. (Al-Baqarah, 2: 222)

Orang yang leka atau tidak mahu bertaubat, kemudian menyerahkan nasibnya kepada qada dan qadar, maka ia adalah seorang yang amat jahil, telah meninggalkan perintah Allah, seorang yang sombong, tidak sedar diri, dan telah menzalimi darinya sendiri sebagaimana firman Allah Azza wa-Jalla:

“Dan barangsiapa yang tidak mahu bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Al-Hujurat, 49:11)

Allah menyeru dan memerintahkan agar hambaNya yang berdosa sering bertaubat dengan taubat nasuha (taubat yang murni). Perlulah diketahui dan disedari bahawa Allah Yang Maha Pengasih dan Pengampun sentiasa menerima taubat seseorang walau bagaimanapun besarnya dosa yang telah dilakukan. Allah berfirman:

“Tidakkah mereka mengetahui, bahawasanya Allah menerima taubat hamba-hambanyaNya”. (At-Taubah, 9:104)

Bertaubat bukan sahaja merupakan perintah Allah, tetapi taubat adalah nikmat dan penghapus segala dosa sehingga tiada hadnya dosa yang diampunkan. Dosa di pagi hari terhapus lantaran taubat di waktu petang dan dosa di siang hari terhapus lantaran taubat di waktu malam. Bagitulah janji Allah di dalam firmanNya:

“Hai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”.

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hambaNya dan mengampunkan segala dosa dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (As-Syura, 43:25)

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubatlah kepadaNya (jika kamu mengerjakan yang demikian), nescaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa Hari Kiamat”. (Hud, 11:3)

“Dan hendaklah kamu meminta keampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya”. (Hud, 3)

Dari Abu Musa al-Asy’ari radiallahu ‘anhu beliau menceritakan: Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa-Jalla membentangkan tanganNya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari dan membentangkan tanganNya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berdosa di malam hari. Demikianlah seterusnya sehingga sampai matahari terbit dari barat (Kiamat)”. (H/R Muslim)

Demikianlah keutamaan taubat sehingga orang yang meninggalkan taubat dianggap membiarkan dirinya dalam dosa dan menzalimi dirinya sendiri. Predikat zalim hanya hilang apabila dihapuskan dengan bertaubat dan mengamalkan yang diperintah serta meninggalkan yang dilarang.

------
Syarat-Syarat Taubat
------

Mengikut Manhaj Salaf as-Soleh, antara syara-syarat taubat yang wajib dipenuhi agar taubat di terima oleh Allah Azza wa-Jalla ialah:

Berazam dan bertekad untuk meninggalkan (tidak akan mengulangi lagi) perbuatan dosa yang telah dilakukan.

Kesal (menyesali) dan berduka di dalam hati terhadap perbuatan dosa yang dibuat.

Bersegera meninggalkan dosa yang telah dilakukan semata-mata kerana Allah.

Jika dosa yang dilakukan berkaitan dengan orang lain, syaratnya ia wajib membebaskan dirinya dari hak yang bukan miliknya untuk dikembalikan kepada yang berhak atau minta dihalalkan, ini bererti jika berupa harta benda wajib dikembalikan. Jika berupa fitnah, ghibah (umpatan), penghinaan, cacian, kutukan, laknat dan kezaliman, maka wajib meminta maaf daripada orang tersebut terutama terhadap kezaliman yang dilakukan kepadanya.

------
Hukum Taubat
------

Sepakat para ulama Ahli Sunnah wal-Jamaah yang bermanhaj Salaf as-Soleh mengatakan bahawa: “Bertaubat dari segala dosa hukumnya wajib bagi setiap muslim lelaki dan perempuan, kerana manusia selain nabi dan rasul tidak sunyi dari dosa (tidak maksum)”.

Rasulullah bersabda:

“Setiap Bani Adam mereka itu bersalah dan sebaik-baik mereka yang melakukan kesalahan itu ialah mereka yang bertaubat”.

Hadis di atas menyatakan bahawa semulia-mulia manusia adalah yang bertaubat apabila menyedari dirinya telah melakukan dosa atau bersalah. Allah Azza wa-Jalla pula telah memerintahkan setiap mukmin agar mereka segera bertaubat, janganlah ditangguh-tangguh atau dilewat-lewatkan. Adapun antara dalil-dalil dari al-Quran tentang wajibnya segera bertaubat ialah:

“Bertaubatlah kamu sekalian wahai kaum mukminin kepada Allah semoga kamu mendapat keuntungan”. (An-Nur. 31)

Bertaubat adalah amalan para Nabi, para Rasul, para sahabat, tabi’in, tabi’ut at-tabiin (para salaf) dan orang-orang soleh. Perkara ini telah digambarkan di dalam ayat-ayat al-Quran:

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimah dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Al-Baqarah, 2:37)

Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka”. (At-Taubah, 9:117)

“(Iaitu) bahawasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al-An’am, 6:54)

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang antara mereka (barulah) ia mengatakan: Sesungguhnya saya bertaubat sekarang. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran”. (An-Nisa, 4:17-18)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah berdoa dengan doa meminta pengampunan dan taubat sebagaimana yang berikut ini:

“Ya Tuhanku! Ampunkanlah diriku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima taubat dan Maha Pemberi rahmat”. (H/R Turmizi. Dan berkata Turmizi: Hadis hasan sahih)

------
Tanda-Tanda Diterimanya Taubat
------

Petanda seseorang itu bertaubat dan telah diterima taubatnya telah dijelaskan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah. Antara tanda-tanda tersebut ialah:

Setelah bertaubat, seseorang hamba itu lebih baik dari sebelumnya.

Terus diselubungi rasa takwa dan takut terhadap dosanya dan tidak pernah merasa aman dari siksa Allah walau sekelip mata.

Terlepas dari cengkaman dosa yang dilakukan kerana penyesalan dan rasa takutkan dosa.

Lembut hatinya setelah bertaubat dengan kelembutan yang sempurna, sehingga tunduk kepada Allah walau dalam keadaan marah dan sentiasa dalam kekhusukan. (Lihat: Madarajus Salikin. Jld. 1)

Allah Azza wa-Jalla telah menggambarkan ciri-ciri atau keadaan orang yang telah bertaubat di dalam firmanNya, bahawa mereka sentiasa beramal soleh dengan cara mendirikan solat, mengeluarkan zakat, menyuruh berbuat baik dan melarang dari mengerjakan yang mungkar:

“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat (mencari ilmu, berjihad, berpuasa), yang menyuruh berbuat makruf dan menegah berbuat mungkar dan memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin”. (At-Taubah, 9:112)

“Jika mereka bertaubat (mereka) mendirikan solat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-mara mu seagama”.

Allah Subhanahu wa-Ta’ala telah menggambarkan di dalam al-Quran tentang sikap mereka yang telah bertaubat dan ikhlas dalam taubatnya, bahawa mereka bertambah kuat iman dan amalnya, memperbaiki ibadahnya dengan cara banyak beramal soleh, belajar ilmu-ilmu agama, konsisten dan sentiasa beriltizam. Firman Allah:

“Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal soleh, maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun”. (Maryam, 19:60)

“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) mereka kerana Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar”. (An-Nisa, 4:146)

------
Taubat Nasuha
------

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahawa bertaubat nasuha atau taubat yang murni adalah dituntut oleh syara berdasarkan firman Allah:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu sekalian dengan taubat nasuha (taubat yang murni)” (At-Tahrim, 8)

Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah telah menjelaskan cara-cara taubat nasuha:

Pertama:
Meminta pengampunan (taubat) yang meliputi segala dosa-dosa maksiat tanpa ada kecualinya, sehingga tidak ada dosa yang tidak disertakan dalam taubatnya.

Kedua: Membulatkan tekad dan kejujuran hati dengan sepenuhnya supaya tidak menyiksa pada dirinya keragu-raguan, kekesalan atau menanti-nanti (masa bertaubat). Tetapi seorang hamba harus mengerahkan segala keinginan dan ketekadannya untuk segera bertaubat.

Ketiga: Memurnikan taubat dari berbagai noda dan penyakit yang mengganggu keikhlasan bertaubat.

Seterusnya memastikan agar taubat itu benar-benar dari rasa takut, kesedaran dan gentar terhadap siksa Allah, mengharapkan apa yang ada di sisiNya dan khawatir terhadap ancamanNya.. Jauhilah diri dari cara taubatnya orang-orang yang hanya ingin mempertahankan maruah dan kehormatannya, kedudukannya, jawatannya, kepemimpinannya untuk memelihara kekuasan dan harta bendanya, atau demi mendapatkan pujian orang banyak, takut pada penghinaan manusia agar orang-orang yang bodoh tidak memperbodohkan dan menghinanya, atau sekadar memenuhi sifat rakusnya terhadap dunia, atau kerana muflis yang tidak berdaya lagi, atau taubatnya lantaran penyakit yang tersembunyi yang telah merosakkan kebenaran dan ketulusan taubatnya kepada Allah Azza wa-Jalla. (Lihat Madarijus Salikin Jld.1 Hlm. 178)

Ketiga-tiga perkara di atas yang dijelaskan oleh Ibn Qayyim sewajarnya difahami dan dipenuhi apabila bertaubat, kerana dengannyalah taubat nasuha seseorang itu akan diterima oleh Allah Azza wa-Jalla.

------
Dosa Umpama Penyakit Yang Merbahaya
------

Orang yang berpenyakit memerlukan ubat dan rawatan. Dosa diumpamakan penyakit rohani yang bertempat di hati sebagaimana firman Allah:

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya”. (Al-Baqarah, 2:10)

Taubat merupakan terapi, pengubat dan penghapus segala dosa (penyakit) dan pembersih kekotoran hati yang dicemari oleh dosa. Perkara ini telah dijelaskan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam disebuah hadis baginda:

“Dari Abu Hurairah radiallahu anhu, beliau berkata: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah bersabda: Sesungguhnya jika seorang mukmin itu melakukan dosa, maka dosa itu menjadi noktah hitam di dalam hatinya. Lalu jika dia bertaubat, melepaskan dosanya dan memohon keampunan, maka hatinya menjadi bersinar. Yang demikian itulah tutupan yang disebut Allah Azza wa-Jalla dalam kitabNya: Sekali-kali tidak (demikian)! Sebenarnya dosa yang selalu mereka lakukan itu menutup hati mereka”. (Ayat di surah al-Muthaffifin, 14. Menurut At-Tirmizi hadis ini hasan sahih. Minhajul Qasisin. Ibnu Qudamah. Hlm. 388)

Al-Hasan radiallahu ‘anhu pula berkata:

“Kebaikan adalah cahaya di dalam hati dan kekuatan bagi tubuh. Sedangkan dosa merupakan kegelapan di dalam hati dan kelesuan bagi tubuh”. (Lihat: Minhajul Qasidin. Hlm. 388. Ibnu Qudamah)

Oleh itu, janganlah dibiarkan hati gelap, lesu dan tersiksa kerana berpenyakit, ubati dan rawatlah hati dengan banyak meminta pengampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun dengan segera dengan cara bertaubat.

------
Taubat Nasuha Menghapuskan Semua Dosa
------

Menurut ulama tafsir, semua dosa akan diampunkan oleh Allah Subhanahu wa-Ta’ala lantaran taubat nasuha. Sama ada yang besar seperti kufur, syirik atau murtad dan tercangkup dosa-dosa yang lebih rendah dari itu juga akan terampun.

Adapun keraguan bahawa dosa-dosanya terlalu banyak untuk diampunkan oleh Allah sehingga berat untuk bertaubat, maka Seyikh Muhammad Soleh al-Munajjid berkata punca-puncanya ialah dikeranakan oleh:

Ketidak-yakinan seseorang terhadap luasnya rahmat Allah dan kasih sayangNya.

Lemahnya iman dan keyakinannya terhadap kuasa Allah yang mampu mengampuni keseluruhan dosa makhlukNya.

Kurang berharap, berdoa, mengingati dan tawadhu’ kepada Allah.

Tidak berkeyakinan bahawa taubat itu pasti menghapuskan semua jenis dosa disebabkan rahmat Allah. (Lihat: اريد ان اتوب ولكن Muhammad Soleh al-Munajjid)

Allah tidak pernah merasa rugi atau kekurangan jika mengampunkan segala dosa hambaNya yang meminta pengampunan. Pengampunan Allah Azza wa-Jalla sentiasa diberikan kepada hambaNya yang bertaubat kerana rahmatNya meliputi segala-galanya. Firman Allah Subhanahu wa-Ta’ala:

“Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu”. (Al-A’raf, 156)

“Katakanlah! Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampunkan semua dosa”. (Az-Zumar, 53)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah bersabda:

“Orang yang bertaubat dari dosanya bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa sama sekali”. (H/R Ibn Majah. Sahih al-Jami’. 2008)

------
Pintu Taubat Sentiasa Terbuka
------

Pintu taubat sentiasa terbuka kecuali setelah roh berada di kerongkongan (sakaratul maut). Dan taubat belum tertutup sebelum mata hari terbit dari barat (Kiamat). Sebagaimana sabda Rasulullah sallahu ‘alaihi wa-sallam:

“Sesiapa yang bertaubat kepada Allah sebelum rohnya berada di kerongkongan (Sakaratul maut), maka Allah menerima taubatnya”. (H/R Ahmad dan Turmizi. Sahihul Jami’ 6132)

“Sesiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah menerima taubatnya”. (H/R Muslim)

Segala hujjah berupa ayat-ayat al-Quran, hadis-hadis sahih dan penjelasan para ulama yang tertera di atas, semuanya menunjukkan bahawa pintu dan peluang untuk bertaubat sentiasa dibuka luas oleh Allah kepada sekalian hamba-hambaNya.

Tidak ada perbuatan durjana, keji dan mungkar yang tidak diampunkan jika pelakunya bertaubat nasuha, oleh itu rebutlah peluang dan kesempatan ini sebelum menemui kematian yang menakutkan.

Semoga semua penjelasan di atas dapat dicernakan di hati, difahami dan diamalkan. Dan akhir sekali, dengan penuh harapan kita bermohon kepada Allah Yang Maha Agung agar memberikan kepada kita kemudahan untuk memperbaiki amalan kita, menjauhkan kita dari maksiat dan menjadikan kita insan yang berkemampuan dan dimudahkan untuk beramal soleh, bertaubat nasuha dan bertakwa. Amin Ya Rabbal ‘Alamin!

TAUBAT NASUHA


Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat marupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya.

Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)."

Di antara kita pernah berbuat kesalahan terhadap diri sendiri sebagaimana terhadap keluarga dan kerabat bahkan terhadap Allah. Dengan segala rahmatnya, Allah memberikan jalan kembali kepada ketaatan, ampunan dan rahmat-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Penyayang dan Maha Penerima Taubat. Seperti diterangkan dalam surat Al Baqarah: 160 "Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Taubat dari segala kesalahan tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firmanya dalam surat Al-Baqarah: 222, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."

Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara, bahkan pintunya selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari: "SesungguhnyaAllah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat."

Merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampai batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka dan sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya karena sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang.

Tepatlah kiranya firman Allah dalam surat Ali Imran ayat: 133, "Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."

Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah adalah "Taubat Nasuha", yaitu taubat yang murni. Sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bresamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kamidan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".

Taubat Nasuha adalah bertaubat dari dosa yang diperbuatnya saat ini dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu dan brejanji untuk tidak melakukannya lagi di masa medatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap bani Adam (sesama manusia), maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Apakah penyesalan itu taubat?", "Ya", kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan: "Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya".

Di bulan pengampunan, Ramadhan yang "Syahrul Maghfirah" ini adalah saat yang tepat untuk kita bertaubat. Bagi yang sudah bertaubat mari memperbarui taubatnya dan yang belum taubat mari bergegas kepada ampunan Allah. 10 hari kedua bulan Ramadhan merupakan masa maghfirah (ampunan) sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Abu Haurairah "Ramadhan, awalnya Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya dibebaskan dari api neraka" (H.R. Ibnu Huzaimah).

oleh : vickry